31 Mei, 2009

Lihan, Ustadz pun Bisa Jadi Pegusaha B(e)rilian


Di benak sebagian orang masih tertanam kuat satu persepsi, bahwa dunia ustadz itu hanya berputar-putar di sekitar masjid, mushola, dan mimbar, dengan mengaji, dzikir, memutar tasbih, dan ceramah sebagai aktivitas yang selalu menemaninya setiap hari. Dengan persepsi ini, tidak sedikit orang yang kemudian menduga (bahkan berkeyakinan?) bahwa seorang ustadz tidak becus menjalakan usaha, apalagi sampai menggapai keberhasilan. Realitas yang berkembang di masyarakat tanpa disadari memang menggiring seseorang untuk cepat berkesimpulan seeperti kesimpulan di atas.
Namun persepsi dan kesimpulan di atas ternyata salah besar. Sukses dalam menekuni dunia usaha itu ternyata bukan semata milik orang-orang berpendidikan, orang-orang yang dibesarkan dengan kakayaan dan kecukupan modal, ataupun orang-orang yang memiliki dukungan dan networking yang luas, tapi milik siapa saja yang memiliki niat yang kuat dan kemauan yang keras untuk menggapai kesuksesan. Tidak terkecuali seorang ustadz.

Lihan, yang profil dan kisah suksesnya diulas secara cukup detil di buku ini adalah contoh bahwa seorang ustadzpun bisa menjadi seorang pengusaha yang sukses, bahkan terbilang sangat sukses. Dan sukses besar yang diraih lihan—ini yang terpenting—dimulai dari titik nol, dari banyak ketiadaan; ketiadaan modal, minimnya pendidikan, dan minimnya dukungan. Tapi ketiadaan dan segudang kekurangan yang menghimpitnya tidak pernah membuatnya patah arang dan semangat. Lihan bisa mengatasi segala keterbatasan dan kekurangan yang melingkupinya dengan tekun, sabar dan tidak pernah berputus asa. Kita pun bertanya-tanya, bagaimana Sang Ustadz memulai dan menjalankan bisnisnya sehingga bisa menggapai kesuksesan yang sangat fantastis?

Melalui wawancara dan investigasi mendalam, Ahmad Bahar dalam buku ini menjelasakan, bahwa rahasia kesuksesan yang dicapai Lihan dalam segenap usaha yang dijalaninya, sebagaimana dijelaskan sendiri oleh Sang Ustadz, adalah karena ia tidak pernah melupakan shadaqoh. Inilah rahasia utama yang menjadikan bisnisnya terus jaya dan berkembang dari waktu ke waktu. Prinsip berbagi dengan orang lain itu tidak hanya dilakukan saat usahanya mendulang keuntungan besar, tapi juga dilakukan saat usahanya dalam posisi merugi.

Kemudian, yang kedua, ia tidak selalu menjadikan keuntungan sebagai faktor utama dalam menjalankan bisnisnya. Sebab, baginya keuntungan pasti didapatkan ketika kita mencoba berbagi dengan orang lain. Ia mengistilahkan, bahwa pergerakan roda bisnisnya lebih dikendalikan oleh hati dan nurani, yang lebih mementingkan unsur kemanusiaan dengan prinsip membantu orang lain. Dengan prinsip yang tidak biasa inilah sang ustadz meraup keuntungan yang sangat banyak dan berlimpah. Kekuatan buku ini terletak pada penawaran konsep usaha yang tidak biasa. Buku ini, dengan kata lain mencoba membuka kejenuhan teori usaha konvensional yang selalu menuhankan keuntungan dan keuntungan dalam menekuni dunia usaha. Dari buku ini kita mendapat pelajaran penting, bahwa ada cara lain yang lebih bermartabat bagi kita untuk mendapat keuntungan. Dan keuntungan itu bahkan tidak hanya didapat di dunia fana ini, tapi terlebih di akhirat kelak. (Mustofa Amar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar